Bersama Hujan Diriku Hidup dan di Sini Aku Ada




( Suasa Hujan di Batanghari, Lampung Timur)

Hujan menjadi sebuah keberkahan yang dapat kita ambil, dari hujan kita belajar apa arti dari sosial, disini kita mencoba untuk memahami manusia sebagai makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri, kita membutuhkan satu sama lain, dan kita hidup berdampingan. Sudah seharusnya kita sebagai makhluk sosial harus berinteraksi satu sama lain.

 Dari hujan menjadi sebuah jembatan untuk menyatukan tali silaturahim, tanpa disadari hujan telah menuntun kita mempelajari sebuah pentingnya akan bersosialisai, akan pentingnya kebersamaan, tolong – menolong.

Seperti halnya hujan ? hujan turun kebumi secara bersama – sama melewati proses yang panjang, hujan bermula dari air laut, kemudian menguap lalu naik lah ke atas, suhu udara yang tinggi membentuk uap awan yang padat dan setelah awan semakin kelabu akibatnya titik-titik air semakin berat dan tidak terbendung lagi akan membuat butiran-butiran air tadi jatuh ke bumi sehingga terjadilah hujan.

Setelah proses selesai.  Hujan bersama – sama turun ke bumi, di sinilah sebelum hujan turun ke bumi, terjadi pengenalan satu sama lain. Untuk menyatukan air demi air untuk menyusun strategi dimana ia akan turun. Hal ini terjadi interaksi sosial untuk mengenal air satu sama lain, sehingga dalam turun ke bumi bisa tepat sasaran.

Nah..... dari hujan kita dapat memahami sebuah pentingya interaksi sosial itu terjadi, dengan adanya interaksi sosial hidup menjadi berwarna, tak ada lagi suram di kehidupan kita, dan tak ada lagi rasa ketakutan dalam hidup kita. Membuka dunia baru bisa kita lakukan kapan saja, tidak ada terlambat dalam seumur hidup, semua itu ada pada diri kita yang seharusnya tidak menutup diri dalam mengekspresikan dunia, dunia perlu tau siapa kita. Tak seharusnya kita malu menunjukan diri kita sebenarnya. Dalam diri kita terdapat potensi yang sangat besar, yang memiliki sebuah daya saing tinggi.

Tentu, tak ada yang salah dalam diri kita. Memulai lah untuk tau siapa kamu dan siapa diri kamu. Ya,, tak perlu  tergesa – gesa untuk menunjukan semua itu, mulailah dari hal yang terkecil. Hal yang paling mudah adalah memperkenalkan dirimu, dekatkanlah diri mu dengan meraka dengan sebuah interaksi yang baik, pahamilah diri mu yang sesungguhnya, dan kemana diri mu akan melangkah.

Takut....? untuk apa kata itu terucap dalam bibirmu. Tak ada gunanya menyia – menyiakan waktu yang ada hanya untuk memikirkan rasa takut. Rasa takut tak akan hilang selama masih bersemayam dalam benakmu, keluarlah dari zona itu. Mulailah bangkit untuk terpuruk dari rasa takut.  Rasa itu akan  hilang ketika kamu melakukan dengan percaya bahwa dirimu bisa, mampu untuk melawan rasa takut. Percaya lah pada dirimu yang selalu membuat kamu tetap hidup hingga sekarang, bahwa dirimulah yang membangun perubahan baru dalam masa depanmu.

Malu....? patantaskah dirimu mengatakan itu. Lihat lah dirimu yang gagah, memiliki potensi yang besar dalam dirimu. Lalu, apa yang membuatmu harus malu terhadap dirimu itu. Tak bisa dipungkiri, mungkin ketidaksiapan dirimu lah yang membuat dirimu masih merasakan malu, rasa malu akan hilang ketika kamu sudah menunjukan siapa dirimu yang sebenarnya. Untuk menunjukan hal itu kamu perlu melangkah ke depan untuk memastikan bahwa dirimu benar – benar berani dalam menggapai itu.

Apabila musuh terbesarmu bisa teratasi, tahap demi tahap kamu mulai membuka dirimu dalam dunia yang sebenarnya, dunia di mana dirimu pantas berada dan diakui dalam dunia interaksi sosial. Mereka akan tau bahwa kamu mempunyai potensi yang harus dikaui oleh semua orang.

Lihat betapa bahagia mereka, berkumpul dalam suasana yang cukup dingin dan tubuh mereka terguyur luapan air yang mengalir deras dari atas sana yang di berikan Sang Kuasa bertanda sebagai ke berkahan dan ke bahagiaan. Rasa dingin sudah tak mereka rasakan lagi, kehangatan perlahan – lahan muncul dari dalam diri mereka.


 Ungkapan kebersamaan mereka utarakan lewat kata – kata yang mengajak mereka untuk bertukar identitas. Suatu anugerah yang diberikan Sang Illahi kepada mereka, ke bahagiaan mereka dapatkan dengan berkumpul bersama dalam tempat yang membuat mereka merasa hangat. Momen ini tak akan mereka sia – sia kan, melalui perantara hujan ini mereka gunakan sebaik – baiknya dalam berinteraksi.

 Suatu hal yang sulit mereka dapatkan kemudian hari, sembari menunggu hujan reda mereka bersiap – siap untuk menyiapkan diri untuk melepaskan kehangatan yang mereka dapatkan ketika hujan turun, dan perpisahanlah yang membuat mereka kembali untuk mengintropeksi diri dalam melakukan interaksi sosial.




Reza Fahryzal Blogger kampung yang mengulas otomotif, mobil dan lainnya

0 Response to "Bersama Hujan Diriku Hidup dan di Sini Aku Ada"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel